![]() |
Pada Rabu, 30 Juli 2025, Ma'had Al-Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menggelar acara istimewa bertajuk “Bincang Bersama Sebagai Manifestasi Doa Usia 79 Tahun Syaykh Al-Zaytun AS. Panji Gumilang, M.P.”. Acara ini memperingati ulang tahun ke-79 Syaykh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, pendiri dan pimpinan Ma'had Al-Zaytun, sekaligus menjadi wujud syukur atas perjalanan panjangnya dalam memajukan pendidikan berbasis pesantren yang mengusung nilai toleransi, nasionalisme, dan modernitas. Bertempat di kompleks Al-Zaytun dengan Masjid Rahmatan Lil Alamin sebagai ikonnya, acara ini menyatukan berbagai kalangan, mulai dari akademisi, tokoh masyarakat, pendeta, aktivis, hingga perwakilan lintas agama dari dalam dan luar negeri.
Acara dimulai sejak pukul 05:00 WIB dengan salat Subuh berjamaah di Masjid Rahmatan Lil Alamin, diikuti oleh rangkaian kegiatan yang berlangsung hingga sore hari. Susunan acara meliputi sambutan dari Ketua Yayasan Al-Zaytun, Syaykh Panji Gumilang, pengajian, dialog lintas agama, dan penutupan dengan doa bersama. Suasana keakraban dan khidmat terasa kuat, terutama saat para tamu istimewa, seperti tokoh masyarakat, pendeta, dan perwakilan Asosiasi Penderita Indonesia (API), menyampaikan doa untuk milad Syaykh. Semangat nasionalisme tercermin dalam lantunan lagu Indonesia Raya, sementara nilai toleransi diwujudkan melalui doa lintas agama yang dipimpin tokoh agama, serta penampilan seni tari, band keroncong, dan gamelan Al-Zaytun yang memeriahkan sesi makan siang.
Acara ini mendapat
tanggapan positif dari berbagai peserta yang hadir. Pendeta Frangky Kombaitan,
M.Th., Ketua Umum Gereja Kekuatan Kasih Bangsa (K2B) Lintas Sinode Lintas Aras,
merasa terhormat diundang dan menyebut acara ini luar biasa karena suasana
kekeluargaan yang kental. “Kami dapati hal-hal kekeluargaan di sini yang sangat
indah,” ujarnya, seraya mendoakan kesehatan Syaykh Panji Gumilang dan
keberlanjutan Ma'had Al-Zaytun sebagai terang bagi Indonesia.
Bapak Sularno dari
Bandung, yang turut menyiapkan acara, mengungkapkan rasa syukur dan harapannya
agar Syaykh tetap sehat serta pendidikan di Al-Zaytun terus maju. “Semoga
pendidikan di sini terus sukses,” katanya. Senada, Bapak Didin Saripudin dari
Bandung menyatakan kebahagiaannya dapat hadir, melihat acara ini sebagai bentuk
penghormatan kepada Syaykh. “Ini wujud rasa hormat kita terhadap Syekh yang
luar biasa,” ungkapnya, seraya berharap karya Syaykh diakui dunia.
Bapak Lukman
Mabrori, juga dari Bandung, menyebut kehadirannya sebagai kehormatan dan
mengapresiasi agenda yang terorganisir dengan baik. Ia mendoakan kesehatan dan
kesuksesan Syaykh dalam memajukan pendidikan. Sementara itu, Bapak Nahari dari
Banten menilai milad ini bukan sekadar perayaan, melainkan kesempatan belajar
tentang pengelolaan diri, pendidikan, dan masa depan bangsa. Ia menyoroti tiga
fondasi Al-Zaytun: ilmu setinggi-tinggi, siasat sepintar-pintar, dan tauhid
semurni-murni, serta memuji Al-Zaytun sebagai simbol keberagaman harmonis.
Ustadz Nurkholis,
dosen IAI Al Azis, melihat acara ini sebagai bagian dari proses belajar. Ia
menyebut Syaykh sebagai lokomotif pendidikan toleransi dan perdamaian, dengan
semua yang disampaikan Syaykh dan sahabatnya memberikan pelajaran berharga.
“Semua yang ada di sini adalah bagian dari proses belajar kita,” katanya.
Bang Udin dari
Lamongan, Jawa Timur, menyoroti banyaknya doa yang mengalir untuk Syaykh karena
kebaikan beliau yang mampu mempertemukan umat beragama dalam semangat
persatuan. “Lawanlah itu dengan cara yang baik, seperti acara ini yang merajut
persaudaraan,” ujarnya, menekankan dampak positif acara dalam mengubah pola
pikir masyarakat.
Bapak Abdul Rojak, uwak Syaykh, menggambarkan usia ke-79 Syaykh sebagai momen luar biasa, dengan fisik yang masih bugar dan pemikiran yang jernih. Ia memuji pola hidup sehat Syaykh, seperti olahraga kaki 1000-2000 langkah, konsumsi buah lunak seperti pisang sebelum makan berat, dan minum kopi pahit, yang kini diteladani keluarga. Ia juga mengapresiasi karya Syaykh di Al-Zaytun, yang menghidupi sekitar 20 ribu santri dan mendirikan perguruan tinggi berprestasi dengan santri dari berbagai negara. “Pola berpikirnya berkat ilmunya dalam mengurus badan sendiri,” ungkapnya.
Acara ini tidak hanya menjadi perayaan ulang tahun, tetapi juga cerminan dari visi besar Syaykh Panji Gumilang dalam membangun Ma'had Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, nasionalisme, dan toleransi. Dengan kehadiran tamu lintas agama dan budaya, Al-Zaytun menunjukkan komitmennya untuk merajut kebersamaan di tengah keberagaman. Kisah Syaykh, yang tetap bugar dan visioner di usia 79 tahun, menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berkarya dan memberikan dampak positif bagi bangsa.
(na&wit)
0 Komentar