Institut Agama Islam Az-Zaytun Indonesia - Pada hari Jum’at, 31 Desember 2023 Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Semester 3 B telah menyelenggarakan Webinar dengan tema “Pandai Berkomunikasi Melalui Poster”.
Seterusnya pemateri 2, yaitu Sulton Mubdi Alfan membahas tentang poster. Pada sesi pemberian materi beliau memberikan materi dengan cara membedah poster. Beliau membedah poster dengan menggunakan aplikasi Adobe Photoshop. Beliau menjelaskan bagaimana membuat poster yang menarik serta menjelaskan tentang simbol-simbol yang digunakan dalam penggunaan aplikasi Adobe Photoshop. Di poster tersebut, beliau menggunakan font Sans Serif agar pesan dalam poster tersebut kelihatan lebih tegas.
Kegiatan Webinar dimulai sekitar 8.00-11.00 WIB diawali dengan pembukaan. Pembukaan berlangsung sekitar 10 Menit dengan dilanjutkan dengan acara inti yakni pemberian materi “Pandai Berkomunikasi Melalui Poster” yang disampaikan oleh Ustadzah Wiena Safitri, S.T ., M.Kom. dan Muhammad Sulton Mubdialfan.
Pada sesi diskusi terdapat 5 pertanyaan dari para audiens yang menghadiri acara Webinar ini.
Pertanyaan pertama adalah dari Muhammad Aqshal: “Izin bertanya, pertanyaan ini untuk Ka Mubdi, perkenalkan nama saya Aqshal, saya mau bertanya ke ka mubdi, menggeluti ranak kreatif dalam desain grafis ini sejak kapan dan apa motivasi atau apa sih yang bikin ka sulton itu mau belajar desain grafis? Sekian, thank you.” Kemudian pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh Pemateri 2 yaitu Muhammad Sulton Mubdialfan, “Awal saya memulakan desain, sebelum sekolah dasar saya sudah menyukai desain dan itu saya cuman gambar-gambar dengan temen-temen saya. Setelah beberapa lama saya tertarik kepada desain grafis, menggunakan device-device gitu. Awalnya kan saya cuma gambar-gambar aja ya, tapi dengan berjalannya waktu ternyata desain grafis itu atau editing-editing itu ternyata sangat luas, terus saya tertaik juga dengan vector-vector itu. Motivasi saya mungkin ketika saya membuat desain grafis atau sebuah karya itu ada hal yang mungkin sesuatu yang saya ingin sampaikan. Jadi ketika saya ingin menampilkan karya saya itu, saya jadi semakin hidup dan juga semakin semangat.”
Pertanyaan kedua adalah dari Muhamad Nabhan: “Assalamualaikum wr wb. Perkenalkan nama saya Muhammad Nabhan. Jadi saya masih belum faham sans dan sans serif. Jadi kalau untuk sans dan sans serif itu untuk penerapan nya bagaimana? Karena saya juga masih belum faham bagaimana pembaca itu boleh nyaman. Apakah itu kita harus sans semua atau sans serif?”. Kemudian, pertanyaan ini dijawab langsung oleh pemateri 1, Ustadzah Wiena Safitri, S.T ., M.Kom. “Dalam desain grafis itu fisiknya kreativitas ya tapi memang ada beberapa pedoman yang belum digunakan. Jadi kalau teks panjang itu dianjurkan untuk menggunakan jenisnya serif. Misalnya tadi kita membuat buku atau novel, nah novel itu kalau kita amati novel itu umumnya dia menggunakan jenis jenis serif seperti times new roman. Karena apa? Karena jenis itu ada kaitnya sehingga dia menyambung ke huruf berikutnya untuk suatu kesatuan kata atau bentuk kalimat. Nah dengan adanya jenis jenis serif, karena dia terhubung antar satu huruf, maka itu akan membuatkan lebih mudah untuk membaca dengan tepat untuk teks teks panjang. Jadi huruf itu diliat bukan sebagai objek terpisah tapi satu kesatuan kata untuk kalimat. Jadi, misalkan kita buka word biasanya otomatis calibri atau kita bisa setting. Kalau bentuk yang sans serif untuk judul yang besar atau poster poster, pembacaannya yang tidak panjang itu memang lebih baik menggunakan sans serif yang tidak ada kaitnya dan itu lebih kuat.”
Pertanyaan ketiga adalah dari Dina: “Untuk pembuatan poster sebelumnya apa saja sih yang harus dipersiapkan, apakah membuat alurnya dulu atau sketsa?”. Pertanyaan ini langsung dijawab oleh pemateri 2, “Jadi, pertama itu kita harus membuat alur dulu supaya kita tau di desain tersebut kita harus membutuhkan apa saja, orang orang yang dibutuhkan dan juga teks teks yang dbutuhkan. Supaya nanti tidak keluar dari konteks apa yang kita ingin sampaikan. Kedua adalah setiap desain grafis punya pilihannya masing-masing dan punya ciri khas seperti apa. Mungkin kalau saya buat yang futuristik, yang tidak abstrak.”
Pertanyaan keempat adalah dari Ayatullah: ”Saya ingin bertanya ke pemateri ka sulton, mengapa ka sulton ini lebih memilih menggunakan media editing adobe photoshop berbanding dengan media media lain seperti correl dan yang lain lainnya dan mungkin apakah ada persamaan yang menonjol antara photoshop dan correl ini sehingga kita bisa lebih menggunakan media media tersebut agar sesui dengan yang kita inginkan.”. pertanyaan ini langsung dijawab oleh pemateri 2 “Jadi kenapa saya memilih untuk menggunakan software adobe photoshop? Karena pertama itu adobe photoshop itu bisa memanipulasi foto sedangkan di correl itu untuk tulisnya aja dia kurang. Jika correl itu lebih ke desain grafis, desain desain yang seperti logo, manakala photoshop bisa memanipulasi foto misalkan tadi Cristiano Ronaldo ada menggunakan skintone hitam putih jadi memudahkan kita untuk mendesain. Sebenarnya apa yang kita butuhkan , kita liat dulu, kit aini ma membuat karya seperti apa dan dari itu kita bisa mengelola di beberapa server yang kita misalkan kita memilih mengubah foto menjadi berbagai macam maipulasi jadi itu bisa masukin ke photoshop. Nah, misalkan desain grafis logo seperti itu bisa juga di correl draw, kalau di photoshop itu kurang. Jadi, dua duanya ada kurang dan kelebihannya gitu.”
Terakhir sekali adalah pertanyaan kelima dari Vardi Kurniawan, “Apa perbedaan desain grafis dengan editor ?”. pertanyaan ini dijawab oleh pemateri 1, “Jadi kalau apa yang saya fahami, kalau misalnya desainer itu membuat sesuatu khususnya kalau desainer untuk desain grafis membuat produk produk desain grafis. Jadi kalau desain grafis itukan sifatnya visual dan biasanya bentuknya tercetak. Jadi memang ada beda istilah desain grafis sekarang sudah berubah menjadi desain komunikasi visual, intinya sama tapi kalau grafis itu tecenderung kepada produk produk cetak. Adapun editor itu, editor itu edit ya berarti sudah ada produknya tapi dia tugasnya melihat, check kesalahan, membuat lebih kalau misalnya ada diperbaiki, harus disempurnakan lagi. Tadi kan mas sulton mendesain produk dari mulai bahannya dikumpulkan menjadi suatu poster tapi kalau editor itu tidak seperti itu karena Namanya juga editor.”
Berikut lampiran foto kegiatan webinar yang diambil secara screenshot melalui fitur komputer:
0 Komentar